Jumat, 29 Mei 2015

Pengolaan lahan tanpa olah tanah (TOT)



Tugas :
MAKALAH

MEKANISASI PERTANIAN

Sistem Pengolaan Lahan Tanpa Olah Tanah (TOT)




Oleh:
Kelompok 1



     FITMAN                                :           D1B1 12 067  
 MUHAMMAD FAHYU S    :           D1B1 12 025
            ADRIANTO                          :           D1B1 12 057           
SARDIONO                          :           D1B1 12 045
ASTI FINDAYANI              :           D1B1 12 069
 DIASTIN                               :           D1B1 12 047







JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2015




KATA PENGANTAR

Bismillah hirrahmanirrohim

Segala puji hanya kepunyaan ALLAH SWT dan hanya dengan izin dan kuasa-Nya, maka penulisan makalah yang berjudul “Sistem Pengolaan Lahan Tanpa Olah Tanah (TOT)” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah MEKANISASI PERTANIAN. Makalah ini merupakan salah satu inovasi pembelajaran untuk memahami secara mendalam tentang cara-cara dan teknik mendasar dalam system mekanisasi pengolaan lahan pertanian, semoga makalah ini dapat berguna untuk Mahasiswa pada umumnya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta informasi-informasi baru untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya Kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sekalian, Amin.




Kendari,  4 Mei 2015
 



I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengolahan Lahan merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi pertanian. Sedangkan Lahan  merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Dalam sistem pengolahan lahan kita mengenal ada tiga macam sitem pengelolaan yang terdiri dari pengolahan lahan sempurna, olah lahan minimum dan tanpa olah tanah (TOT). Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah.  Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap  erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Metode  atau cara pengolahan lahan dibagi menjadi dua yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara modern. Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu.  Metode ini biasanya banyak dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Pengolahan lahan dengan  cara modern biasanya banyak dilakukan untuk tanaman tanaman perkebunan dan memiliki lahan yang luas. Pengolahan lahan dengan cara ini biasannya menggunakan mesin pertanian.
            Macam-macam sistem pengolahan lahan ialah 1. Pengolahan Lahan Sempurna yaitu meliputi seluruh kegiatan pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi pembajakan, pemupukan. 2. Olah Lahan Minimum pengolahan lahan dengan olah tanah minimum hanya meliputi pembajakan(tanah diolah, dibalik, kemudian tanah diratakan). Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak dilakukan untuk lahan persawahan. 3. Tanpa Olah Tanah (TOT) Sistem tanpa olah tanah merupakan bagian dari konsep olah tanah konservasi yang mengacu kepada suatu sistem olah tanah yang melibatkan pengolahan mulsa tanaman ataupun gulma (tanaman pengganggu). Budidaya pertanian tanpa olah tanah sebetulnya berangkat dari corak pertanian tradisional yang dimodifikasikan, dengan memasukkan unsur kimiawi untuk mengendalikan gulma, dalam hal ini herbisida. Persiapan lahan cukup dilakukan dengan penyemprotan, gulma mulai mati dan mengering, lalu direbahkan selanjutnya dibenamkan dalam lumpur (Nursyamsi, 2004).

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang dihadapi dalam tulisan ini adalah:
1. Pengertian Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT)
2. Hal-Hal Yang Perlu Di Pertimbangkan Untuk Menetapkan Sistem Tanpa Olah Tanah,
3. Tahap  Pelaksanaan /Cara Kerja Sistem Tanpa Olah Tanah,
4. Kebutuhan Tenaga Dan Biaya Tenaga Kerja dalam Penyiapan Lahan dengan sistem Tanpa Olah Tanah

C. Tujuan Penulisan

            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui Pengertian Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT),
2. Mengetahui Hal-Hal Yang Perlu Di Pertimbangkan Untuk Menetapkan Sistem Tanpa Olah Tanah
3. Mengetahui Tahap  Pelaksanaan /Cara Kerja Sistem Tanpa Olah Tanah, dan
4. Mengetahui Kebutuhan Tenaga Dan Biaya Tenaga Kerja dalam Penyiapan Lahan dengan sistem Tanpa Olah Tanah














II. PEMBAHASAN

A.  Pengertian 

Dalam sistem pengolahan lahan kita mengenal ada tiga macam sistem pengelolaan yang terdiri dari pengolahan lahan sempurna, olah lahan minimum dan tanpa olah tanah (TOT).
Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT), pada system ini hanya meliputi penyemprotan guna membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditunggu hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini biasanya digunakan sistim tajuk dalam proses penanamannya.

B. Hal-Hal Yang Perlu Di Pertimbangkan Untuk Menetapkan Sistem Tanpa Olah Tanah
Pengolahan lahan juga tentunya harus memperhatikan topografi dan kontur keadaan lahan. Semakin curam keadaan maka akan semakin besar tingkat erosi yang terjadi. Jika tingkat erosi semakin besar maka humus dan zat hara dalam tanah akan semakin banyak hilang. Berikut adalah tingkat kecuraman dan sifat tanah :
1.  Hampir Datar
Topografi tanah ini memiliki sifat diantaran  pengairan baik, mudah diolah ancaman erosi kecil, tidak terancam banjir. kemampuan menahan air baik, subur, dan respon terhadap pupuk. Pada lahan seperti ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian

2.  Lereng Landai
Topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya struktur tanah kurang baik, ada ancaman erosi, pengolahan harus hati-hati,
3.  Lereng Miring
Topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya baik ditanami untuk tanaman semusim mudah tererosi bergelombang tanahnya padas, kemampuan menahan air rendah.
4. Lereng Miring dan Berbukit
Topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya lapisan tanah tipis, kemampuan menahan air rendah  sangat mudah tererosi dan, sering banjir. kandungan garam natrium tinggi.
5. Datar
Topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tidak cocok untuk pertanian, selalu tergenang air dan tanahnya berbatu-batu.
6. Lereng Agak  Curam
Topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu-batu, erosi kuat, tidakcocok untuk pertanian.
7. Lereng Curam
Topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu, erosi sangat kuat, perakaran sangat dangkal, hanya  untuk  padang rumput.
8. Lereng Sangat Curam
Topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya berbatu dan kemampuan menahan air sangat rendah  tidak cocok untuk pertanian, lebih sesuai dibiarkan (alami).
C. Tahap  Pelaksanaan/Cara Kerja Sistem Tanpa Olah Tanah
1. Persiapan Lahan
Buanglah air sawah dari petakan sawah, biarkan selama 2-3 minggu. Persiapan lahan ini dimulai bersamaan dengan pembuatan persemaian. Lakukan penyemprotan herbisida pasca tumbuh seperti merk Polaris dengan dosis 5 l/ha, merk Spark dosis 8-10 l/ha, Bimastar dosis 5-7 l/ha atau merk lainnya. Selesai penyemprotan, biarkan 5-7 hari agar herbisida bereaksi mematikan dan menghancurkan sisa tanaman dan membunuh gulma. Kemudian masukkan air ke petakan sawah dengan kedalaman air ≤ 5 cm, lakukan perendaman selama 5 - 7 hari atau lebih sehingga tanah lunak dan bisa ditanami. Tiga hari sebelum perendaman berakhir, semprot dengan herbisida pra tumbuh misalnya Ronstar dengan dosis 5 l/ha. Selesai perendaman, maka kondisi tanah sudah macak-macak dan siap ditanami dengan bibit hasil semaian. Singgang atau gulma yang telah mati dapat direbahkan, dibabat atau dibenamkan dalam tanah. Penanaman: Penanaman dapat dilakukan dengan tabur benih langsung (TABELA) atau dengan sistem tanam pindah (transplanting).
Bibit biasanya dipindah saat berumur 18-25 hari, umumnya 21 hari.
Ciri-ciri bibit yang siap dipindah adalah: berdaun 5-6 helai, tinggi sekitar 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas hama dan penyakit dan pertumbuhannya seragam.

2. Cara Penanaman
            Bila tanah masih keras, gunakan tugal untuk membuat lubang tanam. Tanam bibit dalam posisi tegak, 2-3 bibit per lubang, dengan kedalaman 2 cm dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm hingga 25 cm x 25 cm. Penanaman dengan tabur benih langsung. Penanaman dapat dengan tugal (sistem gogo rancah) atau langsung ditebar dalam alur. Untuk penanaman dengan tugal, mulsa tidak perlu dibenamkan sedangkan untuk tebar langsung mulsa singgang dan gulma diratakan terlebih dahulu.
3. Pemeliharaan
            Pemeliharaan tanaman padi meliputi penyulaman (1-2 minggu setelah tanam), penyiangan (pada umur 15,35 dan 55 hari setelah tanam), pemupukan sesuai anjuran setempat (2-3 kali selama musim tanam), pemasukan air (saat awal tanam, saat pembentukan anakan, saat tanaman bunting, saat pembungaan), pengeluaran air (saat sebelum tanaman bunting, awal pembungaan, dan awal pemasakan biji, serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (seperti hama antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus dan burung serta penyakit: hawar daun, bercak cokelat, blast, tungro, kerdil hampa, dan kerdil rumput).
D. Kebutuhan Tenaga Dan Biaya Tenaga Kerja dalam Penyiapan Lahan dengan sistem Tanpa Olah Tanah
            Kebutuhan Tenaga dalam mengaplikasikan sistem TOT (Tanpa Olah Tanah) sangat Kecil/sedikit dikarenakan sistem TOT ini adalah merupakan Sistem Pengolahan Tanah yang paling sederhana dari Sistem Olah Tanah yang lain. Sistem Tanpa Olah Tanah ialah pengolahan tanah yang hanya menggunakan pengendalian gulma menggunakan herbisida tanpa menggunakan metode pengolahan yang lain.
            Penggunaan sistem Tanpa Olah Tanah didalam pertanian ini memiliki keunggulan tersendiri dalam menghemat biaya tenaga yang dikeluarkan oleh petani, karena relatif murah dibandingkan menggunakan sistem pengolahan lahan yang lain. Berikut ini merupakan salah satu contoh dimana pertanian yang menggunakan sistem olah tanah TOT (Tanpa Olah Tanah).
Tabel 1. Kajian Teknologi Sistem TOT pada Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung di Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.





III. PENUTUP
A. Kesimpulan
            TOT merupakan sistem pengolahan lahan tanpa olah tanah yang sistem atau metodenya paling sederhana dibandingkan sistem yang lain. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan TOT ini ialah kelerengan lahan. Sistem TOT sangat cocok diterapkan pada lahan yang lereng karena ditinjau dari mekanisme pengerjaannya yang sederhana. Kebutuhan tenaga dalam penerapan sistem TOT ini sangat kecil dan biaya yang dikeluarkan untuk penerapannya terbilang murah dibandingkan sistem pengolahan tanah yang lain.





DAFTAR PUSTAKA
Fattah A., dan Hadijah. 2009. Kajian Teknologi Sistem TOT pada Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009.
Tanah Sakti, 2011. BERTANAM PADI SAWAH TANPA OLAH (edisi revisi), Oleh Prof.Dr. Muhajir Utomo dan Ir. Nazaruddin. 2003. http://bppsdmp.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 29 April 2015.S

Nursyamsi, 2004., didalam Tantri Ay-Nahra, 2014.  Makalah Agrotek Serealia (JUWAWUT).htm.https://www.google.com/search?q=Tantri+AyNahra++Makalah+Agrotek+Serealia+%28JUWAWUT%29.htm&ie=utf-8&oe=utf-8. Diakses pada tanggal  29 April  2015.